By. Satria Hadi Lubis

Saya sering mengisi pelatihan mentoring (liqo’ atau halaqoh), dan sering ditanya apa bedanya ikut liqo’ dengan ikut pengajian umum (ta’lim).

Saya bilang keduanya baik, dan keduanya perlu ada untuk eksistensi dakwah Islam.

Perbedaannya terletak pada tujuan. Pengajian umum tujuannya tsaqowah Islamiyah (memberikan wawasan Islam). Liqo’ tujuannya lebih jauh lagi, yakni takwinul syakhsiyatul Islamiyah (membentuk kepribadian Islami).

Mengapa liqo’ lebih efektif dalam membentuk syakhsiyatul Islamiyah?

1. Sebab liqo’ berlangsung rutin dengan materi yang berkelanjutan. Pengajian umum semaunya, mau datang atau tidak pesertanya maka tidak ada ikatan.
2. Liqo’ memiliki mentor tetap (murobbi) yang membimbing secara akrab dan personal. Pengajian umum ustadznya bergonta ganti, sehingga hubungan sulit akrab dan tidak bisa bersifat personal. Apalagi jika ustadznya lawan jenis.
3. Konsep liqo’ adalah konsep pengayoman. Yang dalam dunia bisnis disebut coaching atau mentoring. Setiap orang jika ingin maju butuh coach atau mentor. Termasuk kalau dia ingin beragama dgn baik maka ia butuh mentor.

Dulu, konsep mentor dalam beragama adalah lazim karena hubungan ulama dengan santri bersifat akrab dan personal. Tetapi sekarang di pengajian umum (ta’lim atau tabligh akbar) tidak bisa sampai sejauh itu.

Liqo’ dengan jumlah peserta yg terbatas (3 sd 12 orang) dan dengan mentor tetap memungkinkan terjadinya interaksi yg intens, sehingga terjadi pendidikan (tarbiyah), bukan sekedar mengajar.

Jika ada yg nyinyir mengatakan bahwa kapasitas murobbi yg ada saat ini tidak sekaliber ustadz, maka jawabannya bisa benar atau tidak. Benar jika mentornya bukan ustadz dan salah jika mentornya memang ustadz yg punya latar belakang syariah.

Tapi memang liqo’ bukan dirancang untuk sekedar mengajar agama. Dan mentor (murobbi) BUKAN dirancang untuk menjadi ustadz. Murobbi dirancang untuk memiliki 4 peran, yakni sebagai SAHABAT, ORANG TUA, PEMIMPIN DAN USTADZ. Dan peran utamanya adalah menjadi pemimpin yg memotivasi dan memberdayakan peserta liqo’. Oleh sebab itu, secara teoritis menjadi murobbi itu lebih sulit daripada menjadi ustadz. Ada tanggung jawab berkepanjangan dan menempel dalam diri seorang murobbi kepada peserta liqo’. Berbahagialah mereka yg menjadi murobbi dengan pahalanya yg berlimpah.

Efektivitas liqo’ sudah terbukti dari jaman ke jaman. Nama boleh berbeda-beda tapi esensinya sama di sepanjang jaman, yakni untuk menjadi muslim yg baik butuh mentor yg membersamainya dari hari ke hari. Seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad saw yg membersamai para sahabat ra sehingga mereka berubah from zero to hero.

Sebab itu carilah dan bersamalah dengan liqo’.
Karena ia fitrah pemberdayaan manusia.
Terutama jika engkau sungguh-sungguh ingin berubah.

Jadilah seperti elang yang berani terbang tinggi sendirian untuk melihat dunia lebih luas dan “menaklukannya”.

Jadilah mentor dan mentee (murobbi dan mutarobbi) yang berani beda dengan lingkungan yg asing terhadap liqo’. Nikmati pola pikir yg luas dan “taklukan” keterbatasanmu.

umws

Share
Published by
umws

Recent Posts

Hati Bergetar Ketika Berdzikir Dengan Al-Qur’an

اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ…

5 years ago

Bersama Liqo’

Nak, izinkan Ummimu bercerita tentang seseorang ummahat yang menginspirasi Ummi untuk senantiasa bersemangat menghadiri kajian…

6 years ago

Buku: Dalam Dekapan Mukjizat Al-qur’an

Bulan Oktober ini saya punya satu azzam, menuliskan resume atau hikmah buku yang selesai saya…

6 years ago

Dimana?

@heybyll

6 years ago

Medan Listrik

Lebih dari sekedar lingkaran Lingkaran bak medan listrik Kala aku hadir di medan itu Tentulah…

6 years ago

Warna-warni Karakter dalam Lingkaran

Kadang dalam lingkaran-lingkaran mentoring, kita tidak sadar, bahwa indahnya tak hanya hadir dari asupan gizi…

6 years ago