Cerita Mentoring

Warna-warni Karakter dalam Lingkaran

Kadang dalam lingkaran-lingkaran mentoring, kita tidak sadar, bahwa indahnya tak hanya hadir dari asupan gizi yang diberikan oleh mentor...

Written by umws · 1 min read >

Kadang dalam lingkaran-lingkaran mentoring, kita tidak sadar, bahwa indahnya tak hanya hadir dari asupan gizi yang diberikan oleh mentor kita, tapi juga hadir dari warna yang beragam. Lewat lingkaran yang kita temui setiap pekan, kita bisa belajar dari satu sama lain yang berbeda-beda karakter dan latar belakangnya.

Aku masih ingat, betapa kawan-kawan mentoringku di setiap waktu adalah teman-temanku yang bisa melengkapi karakterku. Biarpun berlalu nyaris sepuluh tahun, aku masih ingat sebuah sesi mentoring yang kuikuti di Bogor. Kala itu mentorku membacakan sebuah buku: Saksikan, bahwa Aku Seorang Muslim!

Hatiku tergugah, karena kisah yang dibacakan tentang bagaimana karakter para sahabat Rasul saling melengkapi, namun semuanya tetap dalam kerangka dakwah.

Abu Bakar tetap dalam lembut dan rendah hatinya;
dan ia tetap menjadi Abu Bakar yang siddiq; yang membenarkan dan dibenarkan
Abu Bakar tetap dalam lembut dan rendah hatinya;
dan ia tetap yang terdepan dalam memerangi kemunkaran.
Abu Bakar tetap dalam lembut dan rendah hatinya;
dan karena itulah yang membuatnya rela memberikan seluruh hartanya demi orang lain; demi Islam.

Umar tetap dalam keras dan tegasnya;
begitupun hatinya luluh pada lantunan ayat-ayat Al-Qur’an.
Umar tetap dalam keras dan tegasnya;
dan ia tetap menjadi Umar yang sangat memperhatikan rakyatnya.
Umar tetap dalam keras dan tegasnya;
dan karena itulah yang menjauhkannya dari gentar melawan kefasikan.

Utsman tetap dalam pemalunya;
karena dengan malunya ia semakin tunduk dan tunduk kepada-Nya.
Utsman tetap dalam pemalunya;
namun itu tak pernah membuatnya malu menjadi seorang Muslim.
Utsman tetap dalam pemalunya.;
dan itu tak pernah mengurangi dedikasinya terhadap pembangunan Islam.

Ali tetap dalam ceria dan beraninya;
karena dengan itulah dia tetap maju dalam perang walau sakit mata.
Ali tetap dalam ceria dan beraninya;
karena biarpun begitu ia tetap Ali yang bijaksana.
Biarlah Ali tetap dalam ceria dan beraninya;
dan itulah yang membuatnya rela bertaruh nyawa menyelamatkan Rasulullah.

Dari mereka kita bisa belajar, bahwa dalam perbedaan, dengan caranya masing-masing, mereka menjadi pemimpin-pemimpin besar, yang saling memberikan pengaruh satu sama lain. Mereka adalah pemimpin yang dicintai Allah, dan pemimpin yang dicintai rakyatnya.

Biarpun berbeda karakternya, taqwa membuat mereka sama; sama mulianya di sisi Allah; sama mulianya seperti yang kita kenang di saat ini.

Semoga kita semakin bersemangat dalam mengambil hikmah dari satu sama lain, saling mewarnai dalam kerangka kebaikan, saling belajar dari beragam rona yang dimiliki setiap insan; agar sama-sama kita bisa menjadi sebaik-baik hamba yang bertaqwa, sebaik-baik pejuang di jalan dakwah.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Q.S. Al-Ashr: 1-3)

-Almira

Bersama Liqo’

umws in Cerita Mentoring, Serba-serbi halaqoh
  ·   2 min read

Murobbi Bukan Ustadz

umws in Cerita Mentoring, Serba-serbi halaqoh
  ·   1 min read

Dimana?

umws in Cerita Mentoring
  ·   3 sec read

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *